Powered By Blogger

everyone is no 1

Selasa, 26 Juli 2011


Tuhan.. kenapa ini harus terjadi pada diriku?? Kenapa?? KENAPA??? KENAPAAAAAA 

TUUHHHHAAANNNN!!!!

PRRAAAAANNNNGGGGGGG …..

Tutttt tuuutttt …

“angkat dong!” Xiaobi melempar handphone ke bangku mobil sabelah kirinya. Xiaobi sudah menelpon XiaoMei berkali-kali. Tapi tak ada jawaban. “dasar cewe tolol! Kemana sih kau!” Xiaobi mempercepat lajunya. 

Keadaan yang tak memungkinkan tapi tetap dipaksanya. Malam itu Xiaobi baru pulang dari pesta temannya. Ia masih dalam keadaan mabuk.

Xiaobi tidak biasanya seperti ini. Namun, akhir-akhir ini hubungan mereka memang dalam masa percobaan. Banyak sekali tantangan, omongan sana sini dan sebagainya.

Xiaobi seorang pemuda sukses. Dimasa mudanya, ia sudah menjadi seorang atelit lari. Ia pelari tercepat. Pelari handal. Pelari yang amat dibanggakan.

Banyak mendali dan piala yang diraihnya. Tak sia-sia sang mama membesarkannya dengan seorang diri.
Meskipun Xiaobi sudah menjadi seorang atelit terkenal, itu tidak menjadikannya sombong. Pelari handal. Atelit. Cita-citanya sejak kecil.

Xiaobi masih mempunyai adik yang paling kecil. Yah, sekitar delapan tahun. Tapi tidaklah normal. Ia lumpuh semenjak mobil yang disetir ayahnya jatuh terlempar ke jurang yang curam.

Sensen-adiknya- bisa selamat karna sebelum mobil itu jatuh, sang ayah mendorongnya keluar. Benar-benar kejadian yang amat tragis. Hingga sang ayah pergi ke alam sana. Tempat yang jauh. Peristiwa ini terjadi ketika Sensen berusia tujuh tahun.

Dddrrrrttttttt haiii…wo shi baobao… ddrrrrtttttttt

Handphone miliknya berbunyi. Dibiarkan begitu saja. Xiaobi benar-benar dalam keadaan stress. Emosi. Campur aduk. Ia menyetir pun dengan tidak tenang.

Mobil diparkirnya. Xiaobi berhenti didepan mini market. Ia keluar dengan banyak sekali makanan dan minuman. Hmmm, mungkin ini salah satu caranya untuk menahan emosi.

Xiaobi kembali mengemudikan mobilnya.
____
Sementara itu,

“okelah, kapan-kapan kita kencan lagi,” ucap XiaoMei kepada seorang lelaki didepan rumahnya.
Si lelaki pun mengecup pipi XiaoMei dan melambaikan tangan padanya. XiaoMei membalasnya dan membalikan badan. Dilihatnya Xiaobi sudah ada dibelakangnya.

“xiao…xiaobi??” XiaoMei gagap. “kamu sejak kapan ada disini?” tanyanya.

Xiaobi tidak menjawab. dan meninggalkan semua belanjaannya diruang tamu. Dan hendak pergi meninggalkan rumah XiaoMei.

Langkahnya terhenti. XiaoMei menarik lengan Xiaobi. “ma…maaf.. maaf Xiaobi. A..akuu..”

“sudahlah. Lepaskan! Masih banyak urusan yang harus ku kerjakan! Itu sama sekali tidak penting!”

“apa? kamu bilang tidak penting?!” bentak XiaoMei melemparkan genggamannya. “kamu tau apa? hah?? Kamu selalu sibuk dengan urusanmu! Gak ada sedikitpun waktu untukku! Kamu kemana saja? Hah?!!!!” XiaoMei menangis. Suaranya tersedak-sedak.

“ya sudah, pergilah kau dengannya!” Xiaobi melanjutkan langkahnya.

“OKE BILA ITU MAU MU! Kita PUTUS!” Xiaobi membalikan bandannya. “kamu egoisss!!! EGOIS! Kamu gak pernah bisa ngertiin aku!” XiaoMei pergi ke kamarnya.

Xiaobi mengemudikan kembali mobilnya bergegas pulang.

DUUUUAAAARRRRRRRRRR 

PRRRAAANNNNGGGG

Xiaobi membelokan setirnya hingga menabrak pohon. Xiaobi pingsan dan darah mengalir dengan deras.
“XIAOBIIIIIII” teriak sang mama. Sang mama menangis terus menerus saat dirumah sakit.
“kak Xiaobi…” Sensen dipeluk sang mama erat.
____
“apa? a-apa tidak ada jalan lain dok? Selamatkanlah Xiaobi dok! Dia tidak mungkin haruss…” pinta sang mama saat mengobrol dengan dokter.

“ya!” jawabnya tegas. “maaf Nyonya Zen. Saya tau dia adalah seorang atelit terkenal. Tapi inilah kenyataan!” sang dokter menatap tajam. Sang mama menangis pelan. “bagaimana nyonya?” sang mama menganggukan kepala.

“maafkan mama Xiaobi.” Kata mama dalam hati. sang mama mentanda-tangani surat persetujuan.
Dimana kaki Xiaobi harus diamputasi sebelah kanannya.

Xiaobi bukanlah lagi seorang atelit. Semenjak peristiwa yang naas itu, ia jarang lagi tampil dipublik. Namanya pun jarang lagi terdengar.

Pada awalnya, Xiaobi masih belum bisa menerimanya. Ia membenci hidupnya! Benci! Dan mencoba untuk bunuh diri.

Alangkah baiknya sang mama. Sang mama terus mensupport Xiaobi. Hingga akhirnya Xiaobi bisa seperti Xiaobi yang dulu. Tapi… hanya dengan kaki kiri yang utuh. Ia cacat. Ya..

Sekitar tiga bulan dirumah sakit. Xiaobi sempat ngobrol dengan sang suster. “sus. Apakah saya bisa memakai kaki palsu? Saya mau jalan sus! Saya tidak mau harus duduk dikursi roda!” sang suster hanya terdiam melihat keadaan Xiaobi yang tidak memungkinkan itu.

Xiaobi sudah yakin. Pasti tidak bisa! Tidak akan pernah bisa! Tidak bisa berjalan dengan normal. Lari. Jangankan lari, untuk bisa jalan saja itu tidak memungkinkan sekali.

Xiaobi melihat keluar jendela. Xiaobi menangis. Pelan. Tapi, karena saking emosinya, Xiaobi berteriak “AAAAAARRRGGKHHHHHHH!!!” Xiaobi memukul paha kanannya sendiri. Hingga ia merasa puas.

Sang mama dan Sensen melihat Xiaobi dibalik pintu. Mereka menangis melihat keadaan Xiaobi. Xiaobi yang tegar. Xiaobi yang menyenangkan. Xiaobi yang selalu menemani. Kini harus terjerat dalam kesakitan. Kepedihan. Mengapa secepat itu?

Xiaobi yang terlihat, Xiaobi yang lemah, yang menyedihkan, dan ia yang harus ditemani. Xiaobi merasakan ada seseorang yang istimewa datang.

Ya! Tentu sang mama dan adik tercinta. Sensen memutar kedua roda kursi rodanya. Mendekati Xiaobi dan memeluk Xiaobi. Xiaobi hanya diam. “kakak.. kakak harus sembuh. Kakak pasti bisa.” Sensen senyum.
                                                                        ____
Satu tahun kemudian…
Xiaobi coba belajar jalan dengan kaki palsunya. Awalnya memang susah. Sering jatuh. Tapi dibantu lagi oleh dokter atau suster.
Hingga akhirnya, Xiaobi bisa berjalan dengan biasa. Tentu dengan kaki palsunya. Ya.. kaki palsu. Hanya bisa jalan. Bukan lari!
____
Dikota kediaman Xiaobi. Seperti biasanya saat bulan agustus pasti akan diadakan lomba lari. Xiaobi melihat kelender. “tiga bulan lagi..ahhh” Xiaobi memegang kaki kanannya.

Entah ide dari mana. Tiba-tiba saja Xiaobi belajar untuk lari. Itu hal yang sulit, bodoh! Itu tidaklah mudah! Sudahlah Xiaobi!

Saat sang mama dan Sensen pergi, Xiaobi belajar lari. Sangatlah susah. Jatuh bangun dialaminya terus menerus. Kakinya terasa nyeri. Tapi tetap dipaksanya. “AKU YAKIN! AKU PASTI BISA!” katanya dalam hati dengan antusias. “ONE MORE!” sekali lagi, sekali lagi dan sekali lagi. 

Xiaobi seperti anak balita yang sedang belajar jalan, lari. Hingga selama sebulan ia belajar. ia bisa. Meskipun tidaklah lancar. Ia pun menunjukkan kepada sang mama dan adik tersayang.
Sang mama tak tega. Saat Xiaobi lari sekitar lima meter, ia terjungkai jatuh ke tanah rerumputan. Tapi Xiaobi bersikeras tetap menunjukkan kepada sang mama. Kepada semua orang. Kepada Tuhan. Bahwa ia pasti bisa!

Setiap hari Xiaobi belajar. latihan. Jatuh. Bangun. jatuh lagi. Begitu seterusnya.
____
BULAN AGUSTUS..
Xiaobi mendaftarkan dirinya. Awalnya para juri ragu. Tidaklah mungkin orang cacat seperti Xiaobi bisa! Mustahil! Yang ikut lomba ini hanyalah orang yang normal! Orang yang sehat! Orang yang penuh energi!
Tapi karena Xiaobi bersikeras. Akhirnya para juripun pasrah. Diterima pendaftaran atas nama Zen Xiaobi Sen. 

Lomba dimulai. Semua peserta siap-siap. Sang mama memandanginya paling depan. Xiaobi teringat bagaimana ia jatuh bangun saat belajar! Xiaobi! Kamu pasti bisa!

“pprrrriiiiiiiitttttttttttttt” suara peluit dibunyikan. Semua peserta lari mengejar garis Finish. Siapakah pemenangnya? Siapakah juaranya?

Xiaobi masih lari dengan penuh kesakitan. Terlihat dari raut wajahnya. “everyone is number 1!” hanya itulah yang terngiang ditelinganya! Yah! “aku pasti bisa!” Xiaobi mempercepat larinya.

Hitungan detikk.. Xiaobi sudah berada diposisi kedua paling depan. 

“YEEEEAAAYYYYYYYYYYYYYY!!!”

Semua tepuk tangan. Kagum. Haru. Tangis. Tawa. Melihat para lomba berhasil melewati garis finish.

“Posisi juara nomor tiga jatuh pada nomor 1..4…6!!!” kata MC. Piala dan mendali dikalungkan.
“posisi juara nomor satu  jatuh pada nomor 1…2…1!!!!”
“posisi juara nomor dua!” MC diam sejenak “jatuh pada Zen Xiaobi Sen! 132!” Xiaobi mengelap keringat dahinya. Ia menangis menggenggam mendali dilehernya dan memeluk erat piala yang diraihnya saat itu.

Disaat semua orang mulai menjauhinya hanya karena namanya tidaklah lagi populer. Xiaobi tetap merasa beruntung karena masih ada sang mama dan Sensen.
Disaat semua orang berkata “kamu tak akan bisa lari lagi Xiaobi!” ia yakin bahwa segala sesuatu tidak akan pernah bisa kalau tidak dicoba.
Disaat semua orang bertanya “apa kamu bisa? Lebih baik kamu mundur, bagaimana?” ia yakin bahwa ia bisa! Selama ia masih bisa bernapas, hidup, pasti bisa!
Semua menyalami Xiaobi. Xiaobi mengangkat mendali dan pialanya!
Memang diluar dugaan. Siapa yang menduga bahwa seseorang bisa lari dengan cepat hanya dengan kaki palsunya? Siapa yang menyangka?
Dan sejak saat itu, nama Xiaobi kembali melonjak. Ia banyak diwawancarai. Hingga jadwalnya padat. XiaoMei datang dan mengembalikan mendali milik Xiaobi yang pernah diberikan padanya. Xiaobi menerimanya. Menggenggamnya erat.
Akan tetapi, mendali itu bukanlah lagi miliknya. Mendali emas itu sudah menemani XiaoMei selama lima tahun. Karena hanya XiaoMei lah yang sangat berarti saat itu.
Xiaobi mengejar XiaoMei yang sudah pergi dan menyerahkannya kembali ke XiaoMei. XiaoMei menolak. Tapi alasan Xiaobi yang sangat berarti, diterima kembali.
Sang mama dan Sensen menghampiri. Xiaobi jalan dengan sang mama dan adiknya penuh senyum dan tawa.

By; *ZhuPhin*
twitt @Valentine_Huang
ym debora_tian

0 соmmєп† ٩(-̮̮̃•̃)۶:

ZhuPhin