♪♫•*¨*•.¸¸melodi¸¸.•*¨*•♫♪ part II
Rabu, 27 Juli 2011
“HEY.. rasanya.. ini aku kenal. Aku tau. Ini aku! Itu aku! Aku? Kenapa ada fotoku didinding itu? fotoku dengan ibu Xanie?” pikirku dalam hati.
Banyak sekalii..
“eng….Melodi.. ka..kamu ngapain disini?” tanya ibu Xanie yang tiba-tiba saja masuk kekamarnya. Aku terkejut. Aku hanya diam. Mematung.
“melodi..” ibu Xanie memelukku erat. Pelukan seorang ibu. Hangat. Pelukkan ini mengingatkankku akan sesuatu. Apa? apa itu??
“melodi, sini.. mama ingin ajak kamu ke suatu tempat.”
___
Kulihat sekelilingku. Sejuk.. ini kan taman yang waktu itu? aku dengan suster.
“hahaha..iya..yuk foto yank” ajak seorang gadis ke kekasihnya
Peristiwa itu… itu… “awwwww….” Kepalaku sakit!!!!
Seakan memori yang hilang telah kembali. Lagi… aku tak kuat menahannya. Aku pun jatuh pingsan.
___
“bagaimana dok? Apa dia baik saja?” ibu Xanie cemas.
“sepertinya ia akan ingat kembali memorinya bu.”
“apa???” benar dok? Benar?? Sungguh??? Puji Tuhan.. aku yakin pasti melodi anakku akan sadar.”
“ma…” kevin memeluk ibu Xanie.
___
“ma….mama….kevin…vinnn….vinnnnnn…….”
“sayank, ini aku yank. Sadar yank.. bangun..bangun…”
Melodi itu.. alunan ituuuu… terdengar jelas…
“yank..bangun… ini aku kevin..”
“ke…vin…. Aaku su..dah berapa la…ma di…sini?” tanyaku terbata.
“hampir tiga hari yank. Melodi.. kamu ingat kan lagu itu? lagu yang kamu berikan untukku. Untukku seorang. Kamu dengar kan?”
“aku dengar vin” jawabku dengan tersenyum. “aku dengar semuanya. Aku ingat. Vin, aku mau main piano. Aku mau main … pliisss ba..wa a..ku ke sa..na..” pintaku.
“gak bisa mel, kamu lagi sakit. kamu istirahat dulu yah. mama kamu pergi ke luar negri. Ada urusan disana. Kamu istirahat yah yank.” Kevin menggenggam erat tanganku. Aku dapat merasakan kecemasannya. Kerinduannya. Kehangatannya.
“tolong vin. Hari ini ulang tahun kamu kan? Ka..mu lu..pa?” aku melihat kalender. Disana tertulis ulang tahun kevin. Kevin peernah menulisnya saat aku menanyakan kapan tanggal lahirnya.
“tapi mel…” air mata jatuh ke tanganku. Aku hanya tersenyum mengangguk-menandakan aku tak akan kenapa-kenapa. “baiklah.” Kevin mengabulkan permintaanku.
___
Kevin duduk disampingku. Aku memainkan piano. Khusus hadiah untuknya. “vin, hanya ini yang bisa aku kasih ke kamu” setelah aku mengakhiri permainanku.
“ini hadiah terindah bagiku. Takkan ada yang pernah menghadiahkan aku seindah ini..hanya kamu seorang.. kamu.. melodiii ku… nada jiwaku… detak jantungku…”
Aku memeluk kevin. Aku terlelap dalam pelukannya. Ahhhh indah sekali malam ini. Malam ini takkan pernah tergantikan. Malam ini serasa milikku dan dia.
“aku sayang kamu vin. Aku pinjam pundakmu yah. aku mau tidur. Satu menit saja” kevin memberikan pundaknya padaku.
Aku bisa merasakan beban terberatku hilang sudah. Aku sayang kamu vin. Aku sayang mama. Aku sayang kalian.
Kembali ponsel kevin dinyalakan. Aku tidur dengan alunan melodi itu.
“mel.. kamu tidur didalam yuk..” ajak kevin “mel… melodi… melodi!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
“MELODIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII BANGUUUN MELL.. BANGUNNNN!!!!!!” saat itu juga, aku mengakhiri semuanya. Aku tidur dalam pelukanmu.. untuk selamanya………
Alunan melodi telah membawaku ketempat yang paling indah.
By; *ZhuPhin*
@Valentine_Huang
@ValentineHuang
ym : debora_tian
by; ♫♥Żнu Pніп ♥♫ (◡‿◡✿) 00.39.00 0 соmmєп† ٩(-̮̮̃•̃)۶
Label: ♪♫•*¨*•.¸¸melodi¸¸.•*¨*•♫♪
♪♫•*¨*•.¸¸melodi¸¸.•*¨*•♫♪
Hidup hanya untuk mendengarkan musik. Itulah diriku. Ya.. alunan melodi lagu yang dibawakan sangat membara direlung hatiku.
Aku melodi. Aku seorang pemain piano. Masih dalam permulaan sih. Tapi bagi yang lainnya aku itu sudah amat mahir. Hidupku ku habiskan dengan piano. Pianolah tempat dimana aku mencurahkan hidupku. Hingga saat terakhir disisa nafasku.
“mel, kamu sudah sadar? Sudah lima hari kamu tidak siuman. Kamu koma mel.” Perempuan tua memeluk aku. Aku hanya diam. Aku tidak bisa mencerna apa yang ia katakan. Koma? Siuman? Sadar? Aku ada dimana? Aku kenapa? siapa perempuan tua disampingku? “mel, jawab mel. Ini mama sayang. Ini mama.” Perempuan itu menangis. Menggenggam erat jemari tanganku.
“mel” seoarang pemuda datang menghampiriku. Aku tidak mengenalinya. Siapa mereka? Oh Tuhan..
“mel, ini aku. Kevin. Kevin mel. Pacar kamu. kamu ingat kan? Mel? Jawab mel! Jawab!” kenapa mereka mengangis didepanku? Mel? Siapa dia? Mel? Aku tidak kenal.
“maaf, kalian siapa? Mel? Siapa dia?” tanya ku datar. Aku benar-benar tidak mengenali mereka.
“mel.. kamu… hikksssssss.. kamu ….” Perempuan tua itu kini memeluk pemuda yang berada disampingnya. Aku tidak terharu. Tapi, hubungan mereka sangat dekat. Pasti itu seorang ibu dan anaknya. Ah… sangat … sangat mengharukan.
Tak lama kemudian akhirnya mereka pergi juga dari hadapanku. Akupun diajak jalan-jalan keliling taman oleh seorang suster. Indahhhhhh sekaliiii.. rasanya aku belum pernah ketemu tempat seindah ini. Aku senang sekali.
Pemandangan disini sangat menyejukan hati, pikiran, dan jiwa. Aku menjadi teringat sesuatu. Tapi apa? apa? apa??? kenapa aku tidak ingat sama sekali?!!! “aaaarrrkhhhhhh” teriakku. Suster akhirnya membawaku kembali ke kamar inap. Aku diberi obat penenang. Akupun kembali beristirahat.
Sudah hampir sebulan aku berada disini. Bosan sekali. Huh.. eh iyah, by the way, kepalaku kok botak yah? Aku terus becermin, becermin dan becermin. Tapi tetep aja gak ada yang berubah. Ahhh kenapa sih dokter itu harus menggunduli kepalaku? Rese banget deh! ketusku dalam hati.
Tok Tok Tok…
“masuk, pintunya gak dikunci kok.” Aku masih tetap becermin.
“pagi adiiik manis, ini sarapan kamu. ayo dimakan.” Suster meletakkan satu mangkuk bubur dan satu gelas susu plus air mineral. Dan juga buah-buahan. Ini makanan rutin untukku. Tapi rasanya itu enaaaaak banget. Aku betah sekali. Tapi… rasanya ada yang kurang.
aku melihat keluar jendela. “indah sekali.” Kataku pelan. suster hanya sibuk menyuapi aku dan segera berlalu saat sesuap bubur tadi habis ku telan.
“ahhhh… kapan aku bisa pergi kesana kemari? Sedangkan kepalaku botak! Huh!”
Tiba-tiba saja pintu kamarku terbuka. Aku menengok ke belakang. Ternyata, ahh pemuda itu.. pemuda tampan. Ku akui ia sangat tampan. Tampan sekali… penampilannya. Astaga… :D
“mel, gimana kabar kamu?” pemuda itu bertanya dan menitikan air matanya.
Aku mengelap dengan jari-jariku. Jemari tanganku bergetar. Seakan ada sesuatu yang ku dapati dari tatapan matanya. Kedua bola mata itu.. seperti .. pernah ku lihat.. aku membuang muka keluar dan tidak menjawab pertanyaan darinya. Kenapa aku jadi deg-deg-an begini?
“mel? Aku bawain sesuatu untuk kamu.” pemuda itu meraih sesuatu dari tasnya. Ponsel rupanya. Mungkin ada yang menelepon. Tapi.. kalaupun benar, kenapa ia mengotak-atik ponselnya?
“semoga kamu masih ingat yah mel” kata pemuda itu sebelum menekan tombol play. Pemuda itu tidak berani menatapku. akhirnya ia memberikan ponselnya ke tanganku. Aku mendengarkannya.
Alunan lagu… aku terbawa kedalamnya. Alunan ini… membuat tubuhku gemetar… merinding…
“gimana? Bagus gak? Aku yang ciptain khusus untuk kamu yank” tanya melodi
“oh yah? Makasih yah yank, aku suka sekali” kevin mengecup kening melodi.”ini hadiah ulang tahunku yang amat terindah” ia mengecup melodi.
Alunan ini… membawaku ke masa-masa yang indah.. aku menikmatinya.. not per not.. nada per nada.. irama per irama.. aku dapat merasakannya.. seakan ada sesuatu didalamnya..
“aaaaarrrkkkhhhhhhh” kepalaku menjadi pusing. Aku terus menggelengkan kepala. Aku tidak tahan! Apa ini semua? Kenapa aku harus merasakan sesakit ini? “aaarrrkkkhhhh!!!!” aku meremas kepalaku. Sakit!!!
Suster berlari dengan cepat ke arahku dan memberiku obat penenang. Akupun bisa agak rileks. Ini sudah yang kedua kalinya aku merasakan sakit sesakit ini. Pemuda itu hanya duduk disofa. Menangis pelan. aku dapat merasakannya.
“mel, a..aku pulang dulu yah. kamu istirahat yang tenang yah..” aku pura-pura terlelap. Pemuda itu mencium keningku. Aku dapat merasakan gemetar yang tak biasa. Apa ini semua? Mel? Mengapa ia selalu menyebutku mel? Melodi? Apa itu namaku? Siapa aku sebenarnya?
Pemuda tampan yang ku ketahui namanya ‘Kevin’ tak henti mengunjungi aku. Setiap hari pasti selalu datang. Gak pernah absen. Aku pun mulai menyukai dirinya. Kalau ia tak datang sehari saja, aku rasanya sangat kehilangan.
Tapi.. kenapa ia tak datang bersama ibunya?? Kemanakah ibunya?? Dihari pertama aku siuman ia datang menjenguk, hari kedua juga dan hari-hari berikutnya. Tapi, belakangan ini ia tak kelihatan? Hmmm..
__
AKHIRNYA, aku pun boleh keluar dari Rumah Sakit yang sudah ku anggap rumahku sendiri. Dan.. aku tinggal bersama ibu dan pemuda itu.
Rumahnya sangat mewah. Megah sekali. Seperti istana. Pasti banyak pelayannya. Aku terus memperhatikan rumah milik Ibu Xanie-ibu tua yang sering menjengukku.
“mel, semoga kamu bisa betah yah.” kata perempuan tua itu dengan senyumnya yang sangat keibuan.
Aku hanya menganggukan kepala. Kini aku menganggap mereka adalah keluargaku. Seorang lelaki tua membukakan kami pintu. “waaahhhhh” hanya kata itu yang keluar dari bibirku. Lihat, betapa mewahnya.
“ayo kekamar kamu mel” ajak Ibu Xanie. Aku mengikutinya dari belakang.
“ini kamarmu.” Ibu Xanie membukakan pintu kamar untukku, dan matanya berlinang air mata.
“wahhh..bagus sekaliii…eh… apa itu?” tunjukku pada sebuah benda yang tertutup kain merah. Aku berlari ke arah benda itu.
Setelah kubuka, ternyata…sebuah piano..ya…piano… aku duduk didepan piano hitam dan menekan setiap not balok. “indah sekaliii permainanmu..” puji Ibu Xanie.
Mataku terpejam. Ku tekan setiap balok dengan irama yang ada dimemori ku. Kuputar kembali. Kurasakan. Ada sesuatu dibalik nada tepatnya dibalik sebuah melodi. Alunan melodi membawaku ketempat yang indah. tempat yang tak dimiliki semua orang. Hanya milikku. Milikku.. melodi…
PLOOOkk PLokk PLOOOOKKKK tepuk tangan mengakhiri permainanku. Kevin, dia ada disini.
Aku bangkit dari kursiku. Segera memeluknya.
by; ♫♥Żнu Pніп ♥♫ (◡‿◡✿) 00.36.00 0 соmmєп† ٩(-̮̮̃•̃)۶
Label: ♪♫•*¨*•.¸¸melodi¸¸.•*¨*•♫♪
everyone is no 1
Selasa, 26 Juli 2011
Tuhan.. kenapa ini harus terjadi pada diriku?? Kenapa?? KENAPA??? KENAPAAAAAA
TUUHHHHAAANNNN!!!!
PRRAAAAANNNNGGGGGGG …..
Tutttt tuuutttt …
“angkat dong!” Xiaobi melempar handphone ke bangku mobil sabelah kirinya. Xiaobi sudah menelpon XiaoMei berkali-kali. Tapi tak ada jawaban. “dasar cewe tolol! Kemana sih kau!” Xiaobi mempercepat lajunya.
Keadaan yang tak memungkinkan tapi tetap dipaksanya. Malam itu Xiaobi baru pulang dari pesta temannya. Ia masih dalam keadaan mabuk.
Xiaobi tidak biasanya seperti ini. Namun, akhir-akhir ini hubungan mereka memang dalam masa percobaan. Banyak sekali tantangan, omongan sana sini dan sebagainya.
Xiaobi seorang pemuda sukses. Dimasa mudanya, ia sudah menjadi seorang atelit lari. Ia pelari tercepat. Pelari handal. Pelari yang amat dibanggakan.
Banyak mendali dan piala yang diraihnya. Tak sia-sia sang mama membesarkannya dengan seorang diri.
Meskipun Xiaobi sudah menjadi seorang atelit terkenal, itu tidak menjadikannya sombong. Pelari handal. Atelit. Cita-citanya sejak kecil.
Xiaobi masih mempunyai adik yang paling kecil. Yah, sekitar delapan tahun. Tapi tidaklah normal. Ia lumpuh semenjak mobil yang disetir ayahnya jatuh terlempar ke jurang yang curam.
Sensen-adiknya- bisa selamat karna sebelum mobil itu jatuh, sang ayah mendorongnya keluar. Benar-benar kejadian yang amat tragis. Hingga sang ayah pergi ke alam sana. Tempat yang jauh. Peristiwa ini terjadi ketika Sensen berusia tujuh tahun.
Dddrrrrttttttt haiii…wo shi baobao… ddrrrrtttttttt
Handphone miliknya berbunyi. Dibiarkan begitu saja. Xiaobi benar-benar dalam keadaan stress. Emosi. Campur aduk. Ia menyetir pun dengan tidak tenang.
Mobil diparkirnya. Xiaobi berhenti didepan mini market. Ia keluar dengan banyak sekali makanan dan minuman. Hmmm, mungkin ini salah satu caranya untuk menahan emosi.
Xiaobi kembali mengemudikan mobilnya.
____
Sementara itu,
“okelah, kapan-kapan kita kencan lagi,” ucap XiaoMei kepada seorang lelaki didepan rumahnya.
Si lelaki pun mengecup pipi XiaoMei dan melambaikan tangan padanya. XiaoMei membalasnya dan membalikan badan. Dilihatnya Xiaobi sudah ada dibelakangnya.
“xiao…xiaobi??” XiaoMei gagap. “kamu sejak kapan ada disini?” tanyanya.
Xiaobi tidak menjawab. dan meninggalkan semua belanjaannya diruang tamu. Dan hendak pergi meninggalkan rumah XiaoMei.
Langkahnya terhenti. XiaoMei menarik lengan Xiaobi. “ma…maaf.. maaf Xiaobi. A..akuu..”
“sudahlah. Lepaskan! Masih banyak urusan yang harus ku kerjakan! Itu sama sekali tidak penting!”
“apa? kamu bilang tidak penting?!” bentak XiaoMei melemparkan genggamannya. “kamu tau apa? hah?? Kamu selalu sibuk dengan urusanmu! Gak ada sedikitpun waktu untukku! Kamu kemana saja? Hah?!!!!” XiaoMei menangis. Suaranya tersedak-sedak.
“ya sudah, pergilah kau dengannya!” Xiaobi melanjutkan langkahnya.
“OKE BILA ITU MAU MU! Kita PUTUS!” Xiaobi membalikan bandannya. “kamu egoisss!!! EGOIS! Kamu gak pernah bisa ngertiin aku!” XiaoMei pergi ke kamarnya.
Xiaobi mengemudikan kembali mobilnya bergegas pulang.
DUUUUAAAARRRRRRRRRR
PRRRAAANNNNGGGG
Xiaobi membelokan setirnya hingga menabrak pohon. Xiaobi pingsan dan darah mengalir dengan deras.
“XIAOBIIIIIII” teriak sang mama. Sang mama menangis terus menerus saat dirumah sakit.
“kak Xiaobi…” Sensen dipeluk sang mama erat.
____
“apa? a-apa tidak ada jalan lain dok? Selamatkanlah Xiaobi dok! Dia tidak mungkin haruss…” pinta sang mama saat mengobrol dengan dokter.
“ya!” jawabnya tegas. “maaf Nyonya Zen. Saya tau dia adalah seorang atelit terkenal. Tapi inilah kenyataan!” sang dokter menatap tajam. Sang mama menangis pelan. “bagaimana nyonya?” sang mama menganggukan kepala.
“maafkan mama Xiaobi.” Kata mama dalam hati. sang mama mentanda-tangani surat persetujuan.
Dimana kaki Xiaobi harus diamputasi sebelah kanannya.
Xiaobi bukanlah lagi seorang atelit. Semenjak peristiwa yang naas itu, ia jarang lagi tampil dipublik. Namanya pun jarang lagi terdengar.
Pada awalnya, Xiaobi masih belum bisa menerimanya. Ia membenci hidupnya! Benci! Dan mencoba untuk bunuh diri.
Alangkah baiknya sang mama. Sang mama terus mensupport Xiaobi. Hingga akhirnya Xiaobi bisa seperti Xiaobi yang dulu. Tapi… hanya dengan kaki kiri yang utuh. Ia cacat. Ya..
Sekitar tiga bulan dirumah sakit. Xiaobi sempat ngobrol dengan sang suster. “sus. Apakah saya bisa memakai kaki palsu? Saya mau jalan sus! Saya tidak mau harus duduk dikursi roda!” sang suster hanya terdiam melihat keadaan Xiaobi yang tidak memungkinkan itu.
Xiaobi sudah yakin. Pasti tidak bisa! Tidak akan pernah bisa! Tidak bisa berjalan dengan normal. Lari. Jangankan lari, untuk bisa jalan saja itu tidak memungkinkan sekali.
Xiaobi melihat keluar jendela. Xiaobi menangis. Pelan. Tapi, karena saking emosinya, Xiaobi berteriak “AAAAAARRRGGKHHHHHHH!!!” Xiaobi memukul paha kanannya sendiri. Hingga ia merasa puas.
Sang mama dan Sensen melihat Xiaobi dibalik pintu. Mereka menangis melihat keadaan Xiaobi. Xiaobi yang tegar. Xiaobi yang menyenangkan. Xiaobi yang selalu menemani. Kini harus terjerat dalam kesakitan. Kepedihan. Mengapa secepat itu?
Xiaobi yang terlihat, Xiaobi yang lemah, yang menyedihkan, dan ia yang harus ditemani. Xiaobi merasakan ada seseorang yang istimewa datang.
Ya! Tentu sang mama dan adik tercinta. Sensen memutar kedua roda kursi rodanya. Mendekati Xiaobi dan memeluk Xiaobi. Xiaobi hanya diam. “kakak.. kakak harus sembuh. Kakak pasti bisa.” Sensen senyum.
____
Satu tahun kemudian…
Xiaobi coba belajar jalan dengan kaki palsunya. Awalnya memang susah. Sering jatuh. Tapi dibantu lagi oleh dokter atau suster.
Hingga akhirnya, Xiaobi bisa berjalan dengan biasa. Tentu dengan kaki palsunya. Ya.. kaki palsu. Hanya bisa jalan. Bukan lari!
____
Dikota kediaman Xiaobi. Seperti biasanya saat bulan agustus pasti akan diadakan lomba lari. Xiaobi melihat kelender. “tiga bulan lagi..ahhh” Xiaobi memegang kaki kanannya.
Entah ide dari mana. Tiba-tiba saja Xiaobi belajar untuk lari. Itu hal yang sulit, bodoh! Itu tidaklah mudah! Sudahlah Xiaobi!
Saat sang mama dan Sensen pergi, Xiaobi belajar lari. Sangatlah susah. Jatuh bangun dialaminya terus menerus. Kakinya terasa nyeri. Tapi tetap dipaksanya. “AKU YAKIN! AKU PASTI BISA!” katanya dalam hati dengan antusias. “ONE MORE!” sekali lagi, sekali lagi dan sekali lagi.
Xiaobi seperti anak balita yang sedang belajar jalan, lari. Hingga selama sebulan ia belajar. ia bisa. Meskipun tidaklah lancar. Ia pun menunjukkan kepada sang mama dan adik tersayang.
Sang mama tak tega. Saat Xiaobi lari sekitar lima meter, ia terjungkai jatuh ke tanah rerumputan. Tapi Xiaobi bersikeras tetap menunjukkan kepada sang mama. Kepada semua orang. Kepada Tuhan. Bahwa ia pasti bisa!
Setiap hari Xiaobi belajar. latihan. Jatuh. Bangun. jatuh lagi. Begitu seterusnya.
____
BULAN AGUSTUS..
Xiaobi mendaftarkan dirinya. Awalnya para juri ragu. Tidaklah mungkin orang cacat seperti Xiaobi bisa! Mustahil! Yang ikut lomba ini hanyalah orang yang normal! Orang yang sehat! Orang yang penuh energi!
Tapi karena Xiaobi bersikeras. Akhirnya para juripun pasrah. Diterima pendaftaran atas nama Zen Xiaobi Sen.
Lomba dimulai. Semua peserta siap-siap. Sang mama memandanginya paling depan. Xiaobi teringat bagaimana ia jatuh bangun saat belajar! Xiaobi! Kamu pasti bisa!
“pprrrriiiiiiiitttttttttttttt” suara peluit dibunyikan. Semua peserta lari mengejar garis Finish. Siapakah pemenangnya? Siapakah juaranya?
Xiaobi masih lari dengan penuh kesakitan. Terlihat dari raut wajahnya. “everyone is number 1!” hanya itulah yang terngiang ditelinganya! Yah! “aku pasti bisa!” Xiaobi mempercepat larinya.
Hitungan detikk.. Xiaobi sudah berada diposisi kedua paling depan.
“YEEEEAAAYYYYYYYYYYYYYY!!!”
Semua tepuk tangan. Kagum. Haru. Tangis. Tawa. Melihat para lomba berhasil melewati garis finish.
“Posisi juara nomor tiga jatuh pada nomor 1..4…6!!!” kata MC. Piala dan mendali dikalungkan.
“posisi juara nomor satu jatuh pada nomor 1…2…1!!!!”
“posisi juara nomor dua!” MC diam sejenak “jatuh pada Zen Xiaobi Sen! 132!” Xiaobi mengelap keringat dahinya. Ia menangis menggenggam mendali dilehernya dan memeluk erat piala yang diraihnya saat itu.
Disaat semua orang mulai menjauhinya hanya karena namanya tidaklah lagi populer. Xiaobi tetap merasa beruntung karena masih ada sang mama dan Sensen.
Disaat semua orang berkata “kamu tak akan bisa lari lagi Xiaobi!” ia yakin bahwa segala sesuatu tidak akan pernah bisa kalau tidak dicoba.
Disaat semua orang bertanya “apa kamu bisa? Lebih baik kamu mundur, bagaimana?” ia yakin bahwa ia bisa! Selama ia masih bisa bernapas, hidup, pasti bisa!
Semua menyalami Xiaobi. Xiaobi mengangkat mendali dan pialanya!
Memang diluar dugaan. Siapa yang menduga bahwa seseorang bisa lari dengan cepat hanya dengan kaki palsunya? Siapa yang menyangka?
Dan sejak saat itu, nama Xiaobi kembali melonjak. Ia banyak diwawancarai. Hingga jadwalnya padat. XiaoMei datang dan mengembalikan mendali milik Xiaobi yang pernah diberikan padanya. Xiaobi menerimanya. Menggenggamnya erat.
Akan tetapi, mendali itu bukanlah lagi miliknya. Mendali emas itu sudah menemani XiaoMei selama lima tahun. Karena hanya XiaoMei lah yang sangat berarti saat itu.
Xiaobi mengejar XiaoMei yang sudah pergi dan menyerahkannya kembali ke XiaoMei. XiaoMei menolak. Tapi alasan Xiaobi yang sangat berarti, diterima kembali.
Sang mama dan Sensen menghampiri. Xiaobi jalan dengan sang mama dan adiknya penuh senyum dan tawa.
By; *ZhuPhin*
twitt @Valentine_Huang
ym debora_tian
by; ♫♥Żнu Pніп ♥♫ (◡‿◡✿) 03.49.00 0 соmmєп† ٩(-̮̮̃•̃)۶
Label: no 1
Langganan:
Komentar (Atom)
-
Teman Tapi Musuh [2] Nesta terpaksa berangkat ke kampus hanya mengandalkan kaki. Kendaraan berlalu lalang sana-sini. Entah berapa banya...
-
DNK III.. merupakan suatu tim Drama yang lagi gue gelutin sekarang. tim ini gak hanya sebuah tim, tapi tim ini juga udah ngajarin tentang ba...
-
Haiii :D kali ini aku mau minta pendapat kalian jika kalian menjadi tokoh dicerita dibawah ini Yuuukkk kita baca !! ^^ Namaku Youra.. Aku...
-
Kehidupan ini selalu meningkat. Tidak pernah melihat ekonomi setiap orang. Pada umumnya, banyak sekali rakyat yang menderita. Akan tetapi, m...
-
Untuk menjadi seorang Vegetarian emang gak gampang dan gak susah Sob! Awalnya lo akan merasa bete juga karna gak bisa menikmati hidanga...















