Powered By Blogger

TTM [Teman Tapi Musuh]

Sabtu, 23 April 2011

Teman Tapi Musuh [2]

Nesta terpaksa berangkat ke kampus hanya mengandalkan kaki. 

Kendaraan berlalu lalang sana-sini. Entah berapa banyak debu yang menempel. Yang penting sampai ditujuan.

Tito.. kenapa bayangan elo muncul lagi?! Lupain Tito! Lupain Tito yang biasanya ngejemput elo, nganterin elo! Bahkan nemenin hari-hari elo! Lupai Ta! Lupain!

Nesta mengusap-usap keningnya. Betapa banyak beban yang dipikulnya.

Rasa sakit ini gak akan pernah terlupakan Tito, Mia! Lo berdua uda ngekhianatin gue! Lo main belakang ternyata To! Cukup To! Gue gak mau kenal sama lo lagi! Hampir saja air mata menetes. Nesta menahannya. Sampai sudah dikampus.

Hari ini Nesta bener-bener gak niat buat kuliah. Tapi gak boleh sampe absen. Gimanapun juga kuliah itu kan bayar. Pake duit! Bukan daun!

Mia duduk disebelah Tito. Tempat dimana biasanya Nesta duduk. Nesta membuang muka jauh-jauh. 

Pelajaran dimulai. Dosen mengkomat-kamitkan mulutnya. Nesta gak konsen sama sekali. 

Arah pandangannya terus ke depan kiri melihat mereka berdua –si pengkhianat-.

“NESTA!! Kalau kamu masih bengong lebih baik kamu keluar! Dari pada mengganggu konsentrasi saya!” bentak dosen ke sekian kalinya. Tegoran itu sudah ke lima, sepuluh atau dua puluh. Maybe..

Nesta hanya bisa mengangguk.” Hhhuuufffttthhhhh”

Mia sengaja manas-manasin Nesta pas dikantin.

“eh lo tau gak sih, sekarang gue uda jadian sama Tito.” Kata Mia bangga.

“oh yah? Terus gimana kabar si itu tuh.. ken..” tanya temannya.

“ken? Ahahaha..” tawanya dibuat-buat. “uda gue buang ke laut. Uda bosen gue sama dia.”

“tapi kan dia tajir. Gimana sih lo?”

“ala, uda bosen gue pokoknya. Tampang emang oke, tajir juga. Tapi gue males. Dia uda ngabisin duiiit buanyaaaaaaaak banget. Kan gue gak tega kalo dia bangkrut gara-gara gue..” sesekali Mia Cs melirik Nesta.

Kuping nesta panas sudah. Nesta pergi meninggalkan tempat iblis itu.

Nesta mengukir sesuatu tidak jelas di pohon belakang taman. Nesta mengeluarkan air matanya.

“Lo mungkin emang tomboy, tapi lo juga punya hati. lo gak bisa terus-terusan diem kayak gini,” suara yang tiba-tiba muncul. Dan memegang pundak Nesta.

Nesta terdiam sejenak. Suara siapa itu?

“Ken?” Nesta membalikan badannya.

Ken hanya tersenyum. 

“cinta itu bisa bikin apa yang gak mungkin jadi mungkin. Hhh” lanjutnya “kayak lo gini. Nesta yang tomboy. Nesta yang pemberontak. Nesta yang ceria. Nesta yang penuh semangat. Nesta yang penuh keceriaan. Semua bisa pudar begitu aja.”

“gue gak bisa ngeliat keceriaan itu lagii..” Ken menatap keatas.

Ken jalan mendekati Nesta.

“asal lo tau nes, gue sakit banget. Banget. Kenapa cewe yang gue sayng pergi ninggalin gue gara-gara cowo playboy itu.”

“dia gak playboy Ken! Asal lo tau! Cewe lo yang kecentilan!” Nesta berontak.

“oh yah? Tapi sama aja cowo lo itu PlayBoy! Dan cewe gue, eh, Mia bukan yang kayak lo bilang tadi. Save your mouth!”

“uda deh! Kalo lo ke sini cuman buat manas-manasin gue, MENDINGAN LO PERGI!” Nesta mengusir. Seakan taman itu kini miliknya.

Ken hanya ketawa kecil. “Nesta Nesta.. ckckck sampai kapan elo mau ngebela cowo yang jelas-jelas uda ngerebut cewe orang!” Ken diam sebentar “Lo tau kan bentar lagi gue uda mau tunangan. Tapi akhirnya..” Ken duduk dan menundukan wajahnya.

Nesta diam. Hanya memandangi Ken.

“maaf.. tapi gue lagi..” Ken membuka pembicaraan.

“hmm iya. Gue juga. Gue bingung. Kenapa mereka ngekhianatin gue. Main dibelakang gue. Gue gue gue sakit. mungkin bener. Gue harus bisa ngerelain dia untuk pergi.” Nesta mengusap pipinya yang berlinang air mata.

“yah.. mungkin..” jawab Ken seadanya. “eh pulang yuk. Uda mendung nih. Lo pulang sama siapa? Mau gue anterin?” tawar Ken.

Nesta menggelengkan kepala. “gak. Tenkss. Gue pulang sendiri aja. Gue masih mau nenangin diri.”

Ken mengangkat bahu. “oke. Gue temenin elo disini. Gapapa kan?” Nesta mengangguk pelan.

Nesta becerita ini itu ke Ken. Ken pun sebaliknya. Awan mendung berubah menjadi cerah. Mereka pun bernarsis ria.

Hari ini mungkin jadi hari yang menyenangkan dan menyedihkan. Tapi, Nesta bersyukur karena masih ada Ken yang bisa menghiburnya.

‘hallo nesta, kamu ada kedatangan tamu. Hallo nesta, kamu ada ke..’ bunyi bel rumah Nesta. Nesta mengintip keluar jendela.

Buat apalagi mereka dateng? Belum puas nyakitin gue? Hmm.. okelah.. gue jabanin!

Nesta terpaksa membukakan pintu pagar rumahnya. “ada apa lagi lo berdua dateng?” tanya Nesta sinis.

Tito menggenggam tangan Nesta. Tapi ditepis olehnya. “mau ngomong yah ngomong aja sih. Gak usah pegang-pegang deh!” 

“oke.. nesta.. gue ke sini..” Tito memandang Mia. Lanjutnya “gue cuman mau bilang kalo gue sama Mia cuman mau minta maaf sama elo. Lo mau kan maafin kita?” Mia cuek banget. Dasar cowo goblok! Lo dimanfaatin sama dia Tito! Bentak Nesta dalam hati.

“oke. Lo berdua gue maafin. Tapi sory, gue juga uda terlanjur ilfeel sama lo berdua. Gue maafin lo Mia, bukan berarti kita bisa sahabatan kayak dulu. Ngerti lo!” Nesta menunjuk ke arah Mia yang cuman merhatiin kukunya.

“berarti kita bisa ba..” belum selesai langsung dipotong.

“dan lo juga To! Gue gak bisa nerima lo lagi! Kita cukup jadi TEMEN!!!” Nesta menyilangkan kedua lengannya.

Beberapa hari ini Tito dan Mia tambah mesra. Nesta sudah bisa melupakannya. 

Sekarang kabar burungnya sih Nesta dan Ken lagi masa PDKT. 
 
                   ░▒Ѕэlαmατ Μэmъαcа даn Μέniκmατi▒░

By; *ZhuPhin*
http://www.facebook.com/zhu.phin
ym: debora_tian

0 соmmєп† ٩(-̮̮̃•̃)۶:

ZhuPhin