Powered By Blogger

Maafkan Papa

Senin, 18 April 2011


“TANGKAP PA!!!!”teriakku kencang. Biar papa bisa ambil bola dari aku barusan. Papa menangkapnya. Berhasil! “YEEEIIIIYY, papa HEBAT!!”ika mengajungkan jempolnya. Dan pak Bum-papanya- hanya tersenyum dan melemparnya lagi ke arah Ika. Molos. Ika tidak sampai. Ketinggian. “papa, jangan tinggi-tinggi dong, kan ika gak nyampe nangkepnya, pa. Pa..”

“ika, ika istirahat dulu yuk? Papa juga udah capek nih. Papa mau minum dulu. Ika mau minum?”
“mau pa!! mauuuu banget. Ika juga haus pa. tapi, Ika yang ambilin minum buat papa yah. Papa tunggu disini aja. Oke pa?” kata Ika sambil memeluk papanya dan bergegas pergi ke dalam-dapur-untuk ambil minum. Ika kembali dengan dua gelas air hangat.

“wah,, anak papa memang pintar!” kata pak Bum sambil mengelus-elus kepala Ika. “ika, ika bobo siang yuk?” pinta pak Bum yang dari tadi hanya melihat Ika main bola dengan asyiknya.
“ia pa. bentar lagi yah”
“janji yah. Jangan lama-lama.” Tak lama kemudian hape papa Ika berdering. Ada telepon. “dari client rupanya. IKA, papa pergi sebentar yah? Ika jangan kemana-mana. Oke sayank?” 

Ika tidak menyahut. Pak Bum langsung pergi ke dalam rumah. Sepertinya sangat penting. Pak Bum langsung pergi meninggalkan rumah, bergegas kekantor. Pak Bum lupa. Lupa dengan Ika. 

Ika bermain terus dari tadi. Masih sendirian. Ika anak tunggal dan gak punya mama lagi. Mama Ika sudah meninggal semenjak Ika berusia 3 bulan. Sangat cepat. Ika gak pernah merasa kesepian. Karena pak Bum selalu ada bersamanya. Tapi akhir-akhir ini.. apa Ika masih bisa bahagia seperti dulu?

Pak Bum keluar dari kantor. Ia berjabat tangan dengan seseorang. Dan tampak senyum bahagia ikut memancar diwajahnya. Pak Bum akan bekerja sama dengan perusahaan terkenal dan terkaya serta terhormat. Makanya, pak Bum tadi dateng on time! Dia gak mau mengecewakan client-nya.

Pak Bum pulang dengan tas laptopnya. Pak Bum masuk kedalam. Sepi. Itu yang dilihatnya. Tapi rasanya pak Bum juga sangat capek. Jadi pak Bum langsung pergi ke kamar, tidur. Tiba-tiba saja pak Bum teringat dengan peri kecilnya. “IKA…… !!!!!”teriak pak Bum. Sudah kesekian kalinya. Tak ada sahutan. Pak Bum mengira mungkin anaknya sudah tertidur. Biarkanlah. Aku juga capek, mau tidur. Hooaammmm

Kukuruyuukkkkkkk..

Pagi ini bener-bener pagi yang cerah. Pak Bum sudah terlihat rapi. Ia menanjaki balok-balok kecil supaya bisa turun. “Ikaaa… kamu kemana sayank?” teriak pak Bum sambil mengunyah rotinya. Pak Bum menghentikan mulutnya yang sedari tadi mengoyakkan dan menghancurkan roti yang berisi selai srikaya. 

Entah mengapa, pak Bum tidak cemas pada Ika. Pak Bum langsung pergi meninggalkan Ika sendirian. Bagi pak Bum kesempatan ini gak boleh disia-siakan. Kesempatan emas!!! So, aku gak boleh membiarkannya pergi. Dia harus bekerja sama dengan aku. Bisa rugi besar kalau aku kehilangan dia. gumamnya.

Papa Ika pulang lebih awal. Tidak seperti biasanya. Papa Ika pergi ke halaman belakang. Papa Ika melihat Ika hanya lagi tiduran dan memegang bolanya. “ahh,, Ika,, kamu main mulu nih. Kamu sudah belajar belum?” tanyanya dari kejauhan sambil membawa secangkir kopi dan koran. Tak terdengar satu sahutan sekalipun.

“hmm,, Ika Ika.. papa nanya kok gak dijawab sih? Bandel yah. Tar papa gak mau main sama Ika lagi ah,” lanjut papa dengan nada manjanya yang dibuat-buat

Lagi-lagi pak Bum mendapat telepon. Pak Bum kaget. Tak menyangka. “APA???? MISTER JHONNY MEMBATALKAN KONTRAK KERJANYA???????” teriaknya. Dibanting vas bunga sampai kena kepala Ika. Pak Bum cepat-cepat lari. Perasaan dari tadi Ika diem mulu?

“IKAAAAAAAAAA..”dibanting hapenya. “BANGUN SAYANG.. IKA …” pak Bum langsung membawa Ika kerumah sakit. begitu melihat wajah Ika sangat pucat dan berdarah.
“bagaimana dok? Apa yang terjadi dok? APA???” bentak pak Bum diiringi isak tangis.

Pak Dokter hanya diam dan mengangkat kedua bahu.”maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi penyakit anak bapak sudah sangat parah. Dan, dan bapak harus merelakannya pergi. Maafkan kami pak. Kami sudah melakukan yang semaksimal mungkin. Permisi..” 

Pak Bum terdiam. Bagai patung. Sekujur tubuh pak Bum terasa kaku. Pak Bum masuk keruangan UGD dengan kaki dan tubuh yang lemah. Tak kuat lagi untuk jalan. Serasa tak ada lagi tulang-tulang yang mengkokohkan diri ini.

“Ika.. maafkan papa.. ika.. bangun ika.. bangun .. demi papa sayank. Demi papa!!!!” pak Bum mengguncang-guncangkan badan Ika. Percuma. Sia-sia. Mau sampai kasurnya jebolpun, Ika gak akan bisa bangun lagi. Tak akan. “Ika…ika.. kamu jangan tinggalin papa sendirian. papa gak seharusnya ninggalin kamu sendirian. ika…IKAAAAAA!!!!!!”dua orang satpam langsung menyeret pak Bum keluar dari UGD karena pak Bum sudah benar-benar keteraluan.

“ika.. TUHAAAAAN, DIMANA KAMU TUHAN? KENAPA ENGKAU MEREBUT SEGALA YANG AKU PUNYA? MENGAPA TUHAN? KENAPAAAAA??????? BELUM CUKUPKAH ENGKAU MENGAMBIL ISTRI KU? SESEORANG YANG PALING berhargaaa bagikuuu… KENAPA SEKARANG ENGKAU MENGAMBIL ANAKKU? PERMATA INADAHKUuu.. TUHAN!!!!!!” hujan semakin lama semakin deras. Pak Bum masih tetap tertunduk di tanah merah mungil. Kuburan Ika. 
“aku bangkrut. Aku telah kehilangan semuanya. Betapa sakitnya. Hiksss hikssss hikssss Indri, maafkan aku. Aku gak bisa merawat Ika. Aku lalai. Indri, aku titip anak kita,yah. Kamu jaga dia disana. Aku yakin kamu juga pasti kangen sekali dengan anak kita. Ika.. kamu jangan nakal yah sayank. Papa.. papa akan menyusul kamu. Kamu tunggu papa yah nak.” Pak Bum pergi. Dikemasnya barang-barang Ika. 

Maafkan papa. Yang papa pikirkan hanyalah keuntungan, uang uang dan uang. Materi telah membutakan mataku.

                                                                                                                      By: *ZhuPhin*

0 соmmєп† ٩(-̮̮̃•̃)۶:

ZhuPhin